Aku
Pagi datang dengan sinar mentari yang menembus celah jendela, semua orang sibuk dengan harapan baru dan rencana mereka. Tapi aku, hanya duduk terdiam sambil menatap kosong ke arah langit, seolah mencari sesuatu yang tak kunjung kutemukan.
Aku bukanlah sosok yang kuat, aku sering kali retak bahkan sebelum benar-benar diuji. Aku mudah cemas, mudah merasa kecil, dan terlalu sering menyalahkan diri sendiri.
Namun, di balik semua itu, aku hanya ingin dimengerti. Aku hanya ingin seseorang tahu bahwa di balik kerasnya suaraku, ada hati yang sebenarnya lembut dan rapuh.
Aku bukanlah api yang ingin membakar, aku hanyalah cahaya kecil yang takut padam.
Seringkali aku merasa menjadi beban, seperti awan gelap yang menutupi cahaya. Kadang aku iri melihat orang lain begitu mudah tertawa tanpa menyembunyikan luka di balik senyumannya. Sementara aku, harus berpura-pura kuat, harus pandai menyembunyikan getir agar tak ada yang benar-benar melihat betapa rapuhnya diriku.
Aku tahu, mungkin lelah mendampingiku yang penuh keresahan, penuh tanda tanya yang tak pernah selesai. Tapi sesungguhnya, di setiap runtuhku, aku selalu berusaha berdiri lagi. Meski tertatih, meski tak secepat orang lain, aku masih mencoba untuk tetap ada.
Dan malam-malam seperti ini, ketika dunia terlalu bising tapi hatiku sepi, aku hanya ingin jujur. Bahwa aku manusia biasa, yang hanya ingin dipeluk, bukan dihakimi. Yang hanya ingin didengar, bukan dijauhi. Yang hanya ingin tetap ada, meski seringkali merasa tak layak.
Mungkin aku tak akan pernah bisa menjadi sempurna, tapi aku selalu bisa belajar. Belajar untuk memaafkan diriku yang sering salah langkah, belajar untuk merangkul kelemahanku, dan belajar untuk percaya bahwa aku juga pantas.
Aku mulai sadar, bahwa setiap retak bukanlah akhir, melainkan jalan untuk cahaya bisa masuk. Bahwa setiap tangis tak selalu tanda kelemahan, kadang justru tanda bahwa aku masih punya hati yang hidup.
Aku tahu jalanku mungkin panjang, penuh liku, penuh badai yang membuatku sering ingin berhenti. Tapi ada keyakinan kecil dalam diriku, bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, tetap akan membawaku lebih dekat pada versi diriku yang lebih kuat, lebih tenang, dan lebih damai.
Dan jika suatu hari aku merasa sendiri lagi, aku akan mengingat: ada langit luas yang selalu menatapku tanpa menuntut apa-apa, ada malam yang selalu setia mendengar semua resahku, dan ada harapan yang selalu bisa kutemukan meski dalam kegelapan.
Kini aku mengerti, aku bukanlah manusia yang harus selalu kuat, aku juga berhak lelah, aku juga berhak menangis. Aku tak perlu memaksa diriku menjadi cahaya untuk semua orang, cukup menjadi cahaya kecil bagi diriku sendiri, itu pun sudah lebih dari cukup.
Aku bukan lagi ingin dilihat sebagai api yang membakar, tapi sebagai jiwa yang terus berusaha menyala—meski kecil, meski redup, tetap ada.
Dan malam ini, di antara sunyi, aku akhirnya bisa berkata:
Aku bukan hanya luka. Aku juga harapan. 🌌✨
Komentar
Posting Komentar